02 September 2008

JANGAN BERPECAH BELAH!


Dan berpegang eratlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah berpecah belah”. (Ali Imran: 103).

Maksud kata “tali Allah” adalah Al-Qur’an. Ada beberapa hadits yang menerangkan tentang “berpegang erat tali Allah”, antara lain:

Dari Abu Sa’id Al-Khudri berkata: Bersabda Rasulullah SAW :”Kitabullah adalah tali Allah yg memanjang dari langit hingga bumi”. (HR.At-Tirmidzi, hasan gharib)

Abu Syuraih Al-Khuza’i berkata : ”Ketika Rasulullah SAW berada di tengah-tengah kami, beliau bersabda :”Kabar gembira buat kalian, apakah kalian bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan aku adalah utusanNya ?”. Para sahabat menjawab : ”Benar”. Kemudian Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah perantara (tali), salah satu ujung talinya berada disisi Allah dan ujung lainnya ada di tengah-tengah kalian, maka berpegang teguhlah padanya, sungguh kalian tidak sesat & binasa jika berpegang teguh padanya (Al-Qur’an).” (Shahih Ibnu Hibban, 12/165)

Zaid bin Arqam berkata : ”Rasulullah SAW bersabda : “Ketahuilah bahwa saya meninggalkan bagi kalian dua hal yg berat, salah satunya adalah Kitabullah ; itu adalah tali Allah, barangsiapa mengikutinya maka dia ada dalam petunjuk Allah & barangsiapa meninggalkannya maka ia dalam kesesatan.” (HR. Muslim)

Kalimat “jangan berpecah belah” berarti peringatan Allah kepada umat Islam untuk bersatu dalam persaudaraan Islam ; larangan untuk bergolong-golongan yg menyebabkan lemahnya umat Islam di hadapan umat lain. Hadits yg menerangkan perintah Allah kpd hambaNya untuk menjaga persatuan Islam (Ukhuwah Islamiyah) misalnya :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda :”Sesungguhnya Allah menyukai tiga hal dan membenci tiga hal. Tiga hal yang disukai Allah adalah: (1) Menyembah hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun (2) Berpegang eratlah kalian semua dgn tali Allah dan jangan berpecah belah. (3) Saling memberi nasihat terutama antara pemimpin dan rakyat. Dan tiga hal yang dimurkai Allah adalah : (a) Mempercayai isu/berita yang tak jelas kebenarannya. (b) Bertanya yang tidak pada tempatnya. (c) Berbuat mubazir atau berfoya-foya.” (Ibnu Katsir, 2/83; Shahih Muslim; 1715)

Perpecahan adalah kehancuran, sebaliknya persatuan (ukhuwah Islamiyah) adalah keberhasilan berpegang teguh pd tali Allah; al-’urwatul wutsqa yaitu Kitabullah.
Perpecahan berarti bergolong-golongan mengikuti hawa nafsu dengan berbagai macam tujuan duniawi. Satu-satunya jalan menghindari bencana ini adalah bersatunya umat Islam dalam satu ikatan Allah yaitu Kitabullah.” (Al-Qurthubi, 4/159)

Jika terjadi perselisihan pada umat Islam dan mengakibatkan pertikaian bahkan permusuhan maka ketahuilah bahwa hawa nafsu telah berperan di sini dan bukan lagi kebenaran. Para imam mujtahid Islam telah memberi contoh pada kita, walau pun mereka berbeda pendapat dan berselisih paham dalam masalah kaifiyat (cara) pelaksanaan ibadah tetapi mereka tetap bersatu dan saling kasih dalam Ukhuwah Islamiyah.” (Ibnu Taimiyah, Majmu’, 4/53)

Melusuri kehidupan para sahabat Nabi SAW, tabi’in dan para mujtahid setelahnya, mereka tetap bersatu meski berbeda pendapat dalam masalah bersuci, perdagangan, pernikahan, perceraian dan masalah-masalah lainnya yang memang pintu untuk perbedaan itu terbuka lebar. Walau demikian mereka tetap dalam suatu barisan untuk meninggikan kalimat Allah.
Bersabda Nabi SAW, artinya: “Janganlah kalian saling hasad/dengki, saling marah, saling memutuskan (persaudaraan) dan janganlah kalian saling bermusuhan, akan tetapi jadilah hamba Allah yg bersaudara.” (HR.Muslim).

Demikianlah yang seharusnya terjadi sesama muslim dan bukan sebaliknya

Tidak ada komentar: